Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi
Jakarta Barat — pttogel Sebuah kisah memilukan sekaligus menjadi pengingat datang dari seorang pria berusia 34 tahun bernama Dimas (bukan nama sebenarnya), warga Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Di usianya yang tergolong muda dan produktif, Dimas harus menghadapi kenyataan pahit: ia terkena stroke dan mengalami kelumpuhan sebagian tubuh. Peristiwa ini mengejutkan keluarga dan rekan-rekannya, sebab sebelumnya Dimas dikenal sebagai sosok aktif dan pekerja keras.
Awal Mula: Abaikan Gejala Kesehatan Ringan
Dimas adalah seorang pegawai swasta yang menjalani rutinitas padat setiap hari. Ia mengaku sudah lama memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak usia 29 tahun. Namun, karena merasa tubuhnya masih kuat, Dimas sering mengabaikan anjuran dokter untuk menjaga pola makan dan rutin minum obat. Kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi garam, kurang istirahat, dan stres akibat pekerjaan menjadi kombinasi berbahaya yang akhirnya membawa bencana bagi kesehatannya.
“Saya kira karena saya masih muda, masih kuat kerja, jadi tidak terlalu saya perhatikan tensi saya. Kalau pun pusing-pusing, saya pikir itu cuma capek biasa,” ujar Dimas saat ditemui di rumahnya yang kini dilengkapi alat bantu jalan.
baca juga: kenali-gejala-awal-virus-hanta-yang-mulai-muncul-di-bandung
Detik-detik Terserang Stroke
Kejadian itu bermula pada suatu pagi di akhir tahun 2024. Dimas sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja ketika ia merasakan pandangan yang tiba-tiba kabur, kepala terasa berat, dan mulut terasa kaku. Tak lama kemudian, tubuh bagian kiri Dimas melemas dan ia jatuh di lantai kamar mandi. Istrinya yang mendengar suara benturan segera berlari dan melihat suaminya tak berdaya.
Ia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat dan setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Dimas mengalami stroke iskemik, yaitu kondisi ketika aliran darah ke otak tersumbat akibat adanya gumpalan. Hasil CT-scan menunjukkan bahwa stroke terjadi pada bagian otak kanan, menyebabkan kelumpuhan sebagian tubuh sebelah kiri.
Proses Pemulihan yang Berat
Setelah menjalani perawatan intensif selama lebih dari dua minggu, Dimas diperbolehkan pulang namun dengan berbagai catatan. Ia harus menjalani fisioterapi rutin tiga kali seminggu, mengubah total gaya hidupnya, dan tak bisa bekerja untuk sementara waktu. Tekanan psikologis yang ia alami pun tidak kalah berat. Dimas mengaku sempat merasa depresi dan kehilangan semangat hidup.
“Awalnya saya merasa hancur, malu, dan tidak berguna. Tapi keluarga saya terus support, terutama istri dan anak saya yang masih kecil. Mereka jadi alasan saya untuk bangkit lagi,” ujar Dimas dengan mata berkaca-kaca.
Kini, setelah hampir enam bulan menjalani terapi dan mengikuti pola hidup sehat, Dimas mulai menunjukkan kemajuan. Ia sudah bisa berjalan dengan bantuan tongkat, dan perlahan belajar menulis kembali dengan tangan kanan, meskipun belum secepat dulu. Namun ia sadar bahwa proses pemulihan ini membutuhkan waktu panjang dan ketekunan.
Stroke Bukan Penyakit Orang Tua Saja
Kisah Dimas menyoroti fakta penting bahwa stroke bukan hanya penyakit lansia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI dan WHO, semakin banyak kasus stroke yang menyerang individu di usia produktif, terutama mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat, stres tinggi, kurang aktivitas fisik, serta riwayat penyakit seperti hipertensi dan kolesterol tinggi.
“Banyak orang berpikir stroke hanya menyerang orang tua. Padahal sekarang banyak pasien berusia di bawah 40 tahun yang masuk UGD karena stroke,” kata dr. Rizky Anggraeni, Sp.S, seorang spesialis saraf dari RSUD Cengkareng. “Yang paling penting adalah kontrol tekanan darah, pola makan sehat, cukup tidur, olahraga, dan menjauhi rokok serta alkohol.”
Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda
Dimas kini memilih untuk berbagi kisahnya agar menjadi pelajaran bagi orang lain, khususnya generasi muda yang cenderung mengabaikan sinyal-sinyal tubuh. Ia berharap tidak ada lagi orang seusianya yang meremehkan pentingnya menjaga tekanan darah dan pola hidup sehat.
“Jangan tunggu sampai jatuh seperti saya. Jaga kesehatan dari sekarang, cek tensi secara rutin. Stroke itu nggak main-main, sekali kena, hidup kamu bisa berubah drastis,” pesan Dimas.
Kisah Dimas adalah alarm keras bagi kita semua, bahwa kesehatan adalah aset utama yang tak bisa digantikan. Jangan menunggu hingga tubuh memberi sinyal bahaya, karena bisa jadi itu sudah terlambat. Mari lebih peduli dengan diri sendiri — mulai dari langkah kecil seperti istirahat cukup, makan sehat, olahraga teratur, dan melakukan medical check-up secara berkala.
sumber artikel: www.thaichili2go.com